Friday, July 15, 2011

Hati-hati, Pikiran Anda Jadi Kenyataan


Apa yang anda Pikirkan atau Paling anda Bicarakan akan jadi kenyataan.

Pagi ini saya kedatangan dua orang teman secara tiba-tiba. Kejadianya seperti ini:

1. Jam 5 pagi tadi, dia meneleponku dan bertanya dimana posisi saya

2. Setelah saya menjawab bahwa posisi saya ada di kontrakan, mereka langsung meluncur ke kontrakan menggunakan becak

3. Ternyata faktanya adalah, pada saat menelepon, mereka sudah berada di stasiun Purwokerto

Apa yang terjadi dua hari lalu? Saya dan adik pacar saya bercincang dan mengatakan bahwa orang ini(yang datang tiba2 pagi ini) sering datang dan pergi secara tiba2 di Purwokerto. Dan Bamm!!! Terbukti....

So apa yang anda pikirkan dan atau bicarakan akan terjadi. Pikirkan saja hal0hal yang positive. :D

Tuesday, July 12, 2011

Mitos Anak ke 3 dari 4 Bersaudara


Malam-malam sedang duduk di depan TV sambil nonton Euro sport. Terlintas pikiran tadi siang tentang kejadian yang menimpa adik temanku(say: teman pertama). Dia anak ketiga dari empat bersaudara di rumahnya. Dia yang tidak mau melanjutkan sekolah karena alsanya ga mau mikir.

Aku jadi mikir, hehe..ini juga terjadi sama kakaku. Dia juga tidak mau melanjutkan sekolah karena malas mikir katanya. Kebetulan atau tidak, dia juga sama, ada di urutan ketiga dari empat bersaudara di rumah.

Dari satu contoh di atas, kemudian aku bertemu dengan salah satu temanku yang lainnya(say: teman kedua). Dia juga empat bersaudara. Kemudian dia menyebutkan beberapa keunikan yang dimiliki oleh saudara kandung dia yang nomor tiga. Temanku mengatakan bahwa saudara kandungnya itu memiliki kecenderungan berpakaian paling fashionable di antara saudara kandung lainnya. Kemudian aku menelisik ke adik temanku(say: teman pertama), dan kakaku, mereka juga memiliki kecendrungan yang sama.

Ada satu persamaan lagi, yaitu, anak ke tiga dari empat bersaudara memiliki komunikasi paling sedikit dengan anggota keluarga lainnya. mereka cenderung untuk lebih terbuka kepada teman atau pacar yang disukainya. Mereka memilih tidak bercerita kepada saudara kandung, bahkan orang tua.

Aku pikir perbedaan itu bukan masalah, mereka hanya berbeda. Tapi aku jadi bertanya, apakah fenomena-fenomena di atas terjadi pada semua anak ketiga dari empat bersaudara, atau yang saya temukan selama ini hanya kebetulan semata? Share please..

Monday, July 11, 2011

Mindset Pemimpin


Tadi sore, saya duduk berdua dengan pacar saya di depan UPT Unsoed. Sore yang indah dengan angin yang sepoi-sepoi membawa kami ngobrol tentang menjadi pemimpin. Lalu kami mulai mengkategorikan pemimpin menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah pemimpin yang mendapatkan posisinya melalui public figure dan yang kedua adalah pemimpin yang menjadi NOL.

Yang pertama, pemimpin yang mendapatkan posisi melalui public figure adalah pemimpin yang harus terkenal dulu, baru kemudian dipilih oleh yang berwenang untuk menjadi pemimpin mereka. Pemimpin macam ini biasanya didapatkan di organisasi-organisasi, partai politik, dan pemerintahan.

Untuk menjadi terkenal, para calon pemimpin biasanya melakukan kampanye. Baik itu di kampus (organisasi), kabupaten (calon DPRD), atau televisi nasional (presiden). “Mereka belum dikenal sebelum kampanye, kemudian menjadi terkenal saat kampanye, dan akhirnya dilupakan setelah kampanye” mengutip kata-kata pacar saya. (lucu juga :D)

Ada beberapa tantangan untuk menjadi pemimpin macam ini. Diantaranya adalah biaya yang tinggi untuk kampanye dan membeli topeng. Kenapa ada biaya untuk membeli topeng? Karena biasanya pemimpin macam ini sangat dikenal di mata masyarakat (baik kampus, lokal, maupun nasional) sehingga ada tuntutan yang tidak tertulis dari masyarakat yang menginginkan mereka untuk selalu tampil sempurna. Padahal yang namanya manusia tidak ada yang sempurna, jadi harus ada yang ditutupi dengan topeng yang sangat mahal harganya, yaitu topeng menjadi diri sendiri (manusia).

Tipe pemimpin yang kedua adalah pemimpin yang menjadi NOL. Maksudnya apa? Diambil dari buku Sun Tzu, pemimpin menjadi NOL maksudnya adalah pemimpin yang awalnya tidak dikenal oleh masyarakat alias bukan menjadi public figure terlebuh dahulu. Pemimpin macam ini sengaja untuk meniadakan diri dari masyarakat. Membuat dirinya tidak dianggap begitu penting. Menjadi NOL, kemudian punya seribu, akhirnya punya semua.

Dengan bertindak seperti itu, hanya akan ada sedikit orang yang memperhatikan atau menilai dia. Ini merupakan sebuah keuntungan besar buat dia, kerena at least dia bisa menjadi dirinya sendiri dan melakukan apa yang benar-benar menjadi passionnya.

Kemudian, seorang pemimpin tipe ini, setelah menjadi tiada di masyarakat, dia melakukan langkah-langkah atau tindakan yang cemerlang yang kemudian banyak orang merasakan manfaatnya. Setelah itu, biasanya masyarakat akan menjadi pengikut sejati pemimpin macam ini. Semakin sering dan lama dia melakukan kegiatan, semakin banyak lah pengikutnya. Hal ini biasanya terjadi pada pengusaha yang banyak melakukan kegiatan sosial.

Beberapa perbedaan pemimpin public figure dan pemimpin menjadi NOL yang pertama adalah pemimpin menjadi NOL bebas menjadi diri sendiri sendangkan pemimpin public figure tidak. Pemimpin menjadi NOL memiliki pengikut sejati sedangkan pemimpin public figure tidak, mereka hanya mempunyai fake follower yang hanya sementara (biasanya karena uang atau kepentingan masing-masing). Pemimpin menjadi NOL biasanya sudah melakukan sesuatu lalu diikuti sedangkan pemimpin public figure belum melaukan apa-apa hanya mengatakan “saya akan”.

So, mau jadi pemimpin yang mana?

Saturday, July 9, 2011

Ganti Chanel Anda Sekarang Juga!


Televisi merupakan media informasi yang paling nyaman dan mudah. Berbeda dengan internet maupun koran. Tidak ada usaha ataupun kemampuan khusus yang dibutuhkan oleh kita untuk menonton televisi. Tinggal duduk diam, bahkan yang mau berdiri, tiduran, telentang, tengkurep pun bisa. Dampaknya adalah, televisi menjadi media yang sementara ini paling banyak dinikmati di seluruh dunia. Artinya, televisi menjadi media yang paling strategis untuk mempengaruhi mindset yang menonton.

Hal yang berbahaya adalah pembodohan yang dilakukan oleh televisi pada masyarakat Indonesia. Tontonan yang diberikan hanya tentang hiburan, mengekspose rasa iba, atau hal-hal yang tidak penting.

Akibatnya, para penonton dibuai oleh rasa tenang, nyaman, dan nikmat. Tidak ada rangsangan untuk berbuat sesuatu setelah menonton acara-acara tersebut. Akhirnya ya hanya pasif2 saja. Nonton tv pasif, setelah itu masih pasif juga. Dungsak..!!

Perbedaan ini mungkin juga membuat mindset kita berbeda dengan orang-orang barat di sana.

Di sana mereka (para bule itu) disuguhi tayangan yang penuh dengan curiosity(rasa ingin tahu). Seperti tentang penelitian yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dari penelitian yang serius sampai penelitian yang hanya lucu2an saja, hehe. Tapi semua itu berdampak bagus sekali terhadap rasa keingintahuan mereka. Mereka selalu berfikir bahwa pasti selalu ada kemungkinan.

Akhirnya, ada hal2 aktif yang mereka lakukan setelah menonton tv. Mereka mencoba meneliti atau menciptakan hal baru.

Mungkin inilah yang membuat kita belum bisa bikin Blackberry made in Indonesa. Hehe...:D

So hati-hati dengan channel televisi yang anda tonton atau matikan saja TV nya.

Pancingan atau Ikanya?


Luar biasa. Yang namanya pengusaha ya tetap pengusaha, baik dari tindakan, perkataan, dan pikiran. Malam ini, ada pelajaran yang sangat bagus yang saya dapatkan dari Rotarian Agus Pringsewu tentang kewirausahaan.

Malam ini, saya meminta bantuan kepada Rtn Agus untuk memotong harga sewa tempat di rumah makan putra beliau. Awalnya, kami hanya berfikir bahwa beliau akan memberikan potonga harga secara Cuma-Cuma. Namun dasarnya pengusaha, beliau hanya memberikan setengah dalam bentuk fresh money dan sisanya dalam bentuk voucher.

Setelah itu, saya beritahukan ke temen2 panitia yang lainnya, mereka terkejut seolah2 tidak setuju dengan opsi voucher. Saya juga merasa begitu. Hemm....

Ternyata yang paling mengejutkan adalah jawaban beliau setelah saya sms mengapa kami dikasih potongan harga dalam bentuk voucher. Rtn Agus said “iya, itu ide saya untuk memberikan potongan dalam bentuk voucher biar Mas Danar bisa berlatih untuk menjadi Entrepreneur sejati, pasti bisa lah..sukses!!”

Wah, memang benar-benar asik pemikiran beliau. Kita analogikan seperti memberi pancingan kepada anaknya ketimbang hanya memberikan ikannya. Mana yang lebih penting menurut anda, pancingan atau ikanya?haha..